WHO melansir jumlah terbaru pengguna obat AIDS yang terus bertambah hingga berkali-kali lipat. (Foto: Google)
PENYEBARAN HIV/AIDS kian mengkhawatirkan saja. WHO
melansir jumlah terbaru pengguna obat AIDS yang terus bertambah hingga
berkali-kali lipat.
Agar bebas penyakit, Anda harus mengetahui fakta menarik tentang HIV/AIDS. Di antaranya:
1. HIV tidak pandang bulu
Sejak epidemi HIV dimulai 20 tahun lalu, stereotipe yang beredar di masyarakat tentang penderita HIV yaitu para
gay,
pemakai narkoba dan para pekerja seks komersial-lah yang mendapat
label tersebut. Faktanya, semua orang bisa terkena HIV, dari usia tua,
muda, kaya, miskin, wanita, pria, maupun anak-anak dan dari berbagai
macam profesi.
2. Seks oral tak seaman yang dipikir
Oral seks sering kali dianggap sebagai cara “aman” melakukan
hubungan seksual. Faktanya, berdasar penelitian, cairan tubuh yang
terinfeksi seperti semen dan sekresi vagina yang mengandung konsentrasi
virus HIV tinggi bisa memasuki aliran darah melalui membran mukosa
mulut.
3. Jangan cuma khawatir hamil
Banyak remaja percaya, satu-satunya risiko berhubungan seks tanpa
proteksi adalah kehamilan. Karena itu dipakailah pil KB, oral seks dan
ejakulasi di luar demi mencegah kehamilan. Padahal, banyak hal yang
harus dikhawatirkan selain kehamilan yakni adanya penyakit menular
seksual (PMS) seperti sifilis, herpes, termasuk HIV yang bisa mengancam
kehidupan.
4. Kadang orang tidak mengatakan sesungguhnya dan kita tidak tahu kenyataannya
Coba Anda pikir sejenak kalimat di atas. Berapa banyak orang yang
mengakui bahwa mereka menderita HIV/AIDS jika ditanya oleh pasangan
barunya? Berapa banyak orang yang mengakui kehidupan seksual mereka
ketika mereka baru mengenal seseorang? Berapa banyak orang yang
benar-benar mengetahui status HIV mereka dan status kesehatan
orang-orang yang bersama mereka sebelumnya? Sebuah pernyataan “
partner saya
tidak mengidap HIV” hanya bisa diterima jika disertai dengan bukti
nyata tes HIV negatif. Tanyalah dengan jelas status HIV mereka dan
mintalah mereka melakukan tes sebagai bukti.
5. Belum ada obat untuk si pembunuh
Meski orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bisa hidup lebih lama berkat obat
antiretroviral, obat ini tidak menyembuhkan. Kalau pun obat-obat ini
melindungi dari infeksi opportunistik ini bukanlah “jalan pintas” dari
infeksi HIV. Ot ini bahkan menyebabkan efek samping seperti diare,
kelelahan berlebihan, kemerahan, mual dan muntah.
Pengguna Obat AIDS Melonjak
WHO melansir jumlah terbaru pengguna obat AIDS yang terus bertambah hingga berkali-kali lipat. (Foto: Google)
PENYEBARAN HIV/AIDS kian mengkhawatirkan saja. WHO
melansir jumlah terbaru pengguna obat AIDS yang terus bertambah hingga
berkali-kali lipat.
Jumlah penderita HIV/AIDS terus melonjak. Hal itu tercermin dari
lonjakan luar biasa orang yang menggunakan obat AIDS dari 1,2 juta orang
pada tahun lalu menjadi 5,2 juta orang.
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia PBB (World Health
Organization/WHO), antara 2003 hingga 2010, jumlah pasien yang
mendapatkan pengobatan antiretroviral meningkat hingga dua kali lipat.
“Kami sangat tergugah dengan lonjakan ini. Ini benar-benar
peningkatan terbesar yang pernah kami lihat dalam satu tahun,” ujar
Gottfried Hirnschall, Direktur bidang HIV/AIDS WHO, Senin (19/7). Dia
dalam wawancara dengan The Associated Press mengatakan, lonjakan jumlah
pengguna obat AIDS ini terkait dengan semakin terbukanya akses
pengobatan di seluruh dunia, terutama di kawasan Sahara Afrika.
WHO menyampaikan data terbaru itu di ajang konferensi AIDS
Internasional di Wina, Austria. Sementara itu, di kawasan Eropa Timur,
secara proporsional jumlah mereka yang menggunakan obat AIDS lebih
sedikit ketimbang di kawasan lain, sebab pengguna obat ini sering kali
dikucilkan dan tak diberikan akses yang cukup.
Hirnschall menuturkan, para pemakai obat AIDS di Eropa Timur kerap
dikriminalisasi dan sering mendapat stigma buruk. Sementara kalau di
Afrika, AIDS merupakan epidemi di kalangan heteroseksual, tetapi di
Eropa Timur penularan AIDS terjadi di kalangan pengguna obat-obatan
terlarang.
Dari data yang disampaikan WHO mengenai jumlah pemakai obat AIDS itu
Mbelum mencerminkan jumlah penderita AIDS yang sebenarnya. Sebab,
jumlah pengguna obat ini mungkin hanya sepertiga dari jumlah penderita
HIV/- AIDS di seluruh dunia. Dari situ terlihat bahwa betapa epidemik
AIDS ini begitu sulit diatasi, terutama jika tidak dibarengi oleh
dukungan pemerintah dan masyarakat.
Sementara di tempat yang sama, dipaparkan penelitian terkait metode
deteksi dini HIV/- AIDS. Kasus penularan HIV/AIDS sering kali terjadi
karena banyak orang yang belum tahu bahwa seseorang di sebuah komunitas
sudah tertular virus mematikan itu. Untuk itulah, selama bertahun-tahun
dicari cara yang dapat mendeteksi kasus HIV lebih dini.
Nah, dalam upaya meningkatkan metode untuk deteksi dini HIV, para
peneliti mencoba menentukan apakah program menggunakan pengujian asam
nukleat (NAT) akan meningkatkan jumlah kasus yang bisa terdeteksi lebih
awal. Dalam uji coba itu, ternyata program NAT dapat mendeteksi HIV 23
persen lebih awal.
Tes asam nukleat ini mekanismenya adalah mencari jejak bahan genetik
dari organisme penyebab infeksi. Ini berbeda dari metode pendeteksian
standar yang mengandalkan titik antibodi sistem kekebalan tubuh untuk
patogen. Kata para peneliti dari University of California, Amerika
Serikat tersebut, meskipun program pencegahan HIV di Amerika Serikat
sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu, namun tingkat kejadian HIV
tetap meningkat.
Tahap awal infeksi HIV adalah ketika orang yang paling mungkin untuk
menulari orang lain sehingga deteksi dini dan akurasi sangat penting
dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran HIV, virus penyebab AIDS.
Penelitian ini melibatkan lebih dari 3.000 orang yang melakukan tes HIV
di beberapa klinik di wilayah San Diego, Amerika Serikat. Peserta
pertama diuji dengan tes air liur cepat. Kalau positif, pasien diberi
tahu dan darah diambil untuk tes HIV standar.
Jika hasilnya negatif, darah diambil untuk NAT. Hampir seperempat
dari kasus orang dengan HIV telah diidentifikasi positif hanya dengan
tes NAT. Penelitian ini juga menemukan bahwa lebih dari dua pertiga
pasien dengan hasil tes NAT negatif menggunakan komputer atau voice-mail untuk mendapatkan hasilnya.
“Memperluas penggunaan NAT untuk program tes HIV rutin dapat membantu
menurunkan tingkat insiden HIV dengan mengidentifikasi orang dengan
infeksi akut yang seharusnya dapat terjawab melalui pemeriksaan rutin,”
kata penulis studi Dr Sheldon Morris, pengajar di University of
California, San Diego’s Antiviral Research Center, Amerika Serikat.
“Selain itu, pelaporan otomatis hasil negatif dapat membuktikan
alternatif yang dapat diterima dan mengurangi pelaporan tatap muka yang
intens,” tambah Morris dalam studinya yang dimuat di jurnal Annals of
Internal Medicine edisi 14 Juni itu.
Diketahui, AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome. AIDS merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak
berkembang biaknya virus HIV di dalam tubuh manusia. Virus ini
menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya
sistem kekebalan tubuh.
Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita
mudah terjangkit berbagai macam penyakit, termasuk penyakit ringan
sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat
berkembang biak virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh, maka ketika tubuh kita diserang penyakit,
tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit.
Akibatnya, kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau
pilek biasa. Ketika tubuh manusia terkena virus HIV, maka tidaklah
langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan
waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk
menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
Sumber:www.okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar